Aku menyibakan sedikit tirai jendela. Melihat kearah pintu yang terbuka di depan sana. Mencari dan terus mencari Dia. Namun tidak ada. Kali ini tirai jendela aku buka lebar bahkan jendela kamar pun ku buka selebar-lebarnya untuk memastikan kembali. Lagi-lagi aku mencarinya. Hmm... Tetap saja tidak ada.
"Oh Tuhan aku merindukannya bahkan sangat merindukannya. Apakah ada Dia merasakan perasaan ini, hati ini..?" Renungku.
Terlintas aku untuk meneleponnya. Terdengar suara gemuruh lalulintas yang terbilang sedikit mengkagetkanku. "Hallo sayang?" Sapa Heri. Aku terdiam entah kenapa, ada terselip rasa bingung. "Sayang??" Sapanya lagi. "Oh iya, dimana?" Tanyaku serius. "Aku sedang di angkutan mau pergi Ibadah ke Gereja bersama teman-teman yang lain. Mungkin aku pulang sore dan malamnya aku ada kegiatan kampus" Jelasnya. "Hmmm, begitu. Ya sudah hati-hati di jalan dan sukses buat hari ini" Jawabku singkat.
"Tidak adalagi harapan untuk bersamanya. Rencana untuk mengajaknya bertemu pun lenyap begitu saja. Malam minggu ini mungkin aku bisa isi dengan menonton Televisi atau mungkin mendengarkan musik" Gumamku.
Kenapa waktu tersita untuk kami Tuhan?
Tuhan... Apakah Dia tahu bagaimana sakitnya aku dengan semua keadaan ini? Mengapa Engkau biarkan rasa sesakit ini?
Tuhan beri tahu Dia tentang sebenarnya hati ini sakit menahan rindu. Rindu dengan semua yang dulu kami rasakan. Senyuman hangat, canda gurau, tatapan matanya yang tajam, sentuhannya, pelukannya ganggaman tangannya, Petikkan gitar dan alunan lagu yang selalu aku dengar.
Pesanku Tuhan.... Aku sangat mencintainya dan rasa ini akan tetap sama walau waktu tersita untuk kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar